September 2020 - Motivateasy

Apakah ketentraman dalam kebersamaan hubungan akan selalu pertanda baik?

Ketika telah hidup bersama bersama pasangan pilihan, selain memiliki semangat dan fokus untuk tujuan bersama, hal yang paling penting dipertahankan dalam hubungan adalah konsistensi untuk tetap bertahan.

Sudah terlalu sering kita dengan cerita tentang hubungan yang diperjuangkan dan dipertahankan dengan susah payah agar dapat hidup bersama, namun pada saat hubungan tersebut telah diterima dan diakui, terjadi perpisahan yang dahulunya sangat dihindari ketika masih berjuang bersama.

Penyebab dari perpisahan tersebut bisa jadi adalah keadaan tidak konsisten dalam menjalani hubungan. Sudah menjadi kodrat manusia memang, bahwa ketika terdapat suatu masalah akan berusaha fokus dan memikirkan solusi, sedangkan begitu masalah tersebut sudah terlewat, terlupalah semua fokus tersebut.

Beberapa hal berikut merupakan hal yang memang baik jika tidak dilakukan, namun jika kita memahami lebih jauh mengenai prinsip dasar dari kehidupan yang memang pada dasarnya adalah kumpulan dari perjalanan menemukan dan memecahkan masalah, seharusnya masalah tersebut dinikmati dan diperlakukan dengan semestinya.

Bertengkar dengan pasangan

Jika kamu belum pernah bertengkar dengan pasanganmu hingga saat ini, maka mungkin terdapat dua kemungkinan : pertama, hubungan kalian masih baru sekali, sehingga rasa gengsi dan canggung masih mendominasi; kedua, jika hubungan kalian sudah berjalan lama, maka berarti hubungan kalian dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Apakah tidak mungkin tidak ada pertengkaran dalam hubungan? bukankah jika tidak terjadi pertengkaran menunjukkan bahwa perasaan mereka sangat kuat?

Saya tidak ingin memaksakan pemikiran saya, namun saya secara pribadi tidak percaya hal tersebut.

Setiap individu di dunia memiliki karakeristik sendiri, dan ketika mereka sudah bersama, sangat kecil kemungkinan untuk masing-masing menyembunyikan keunikan gaya hidup masing-masing.

Dan pastinya, akan ada beberapa prinsip yang berbeda yang nampak ketika sudah bersama. Mungkin perbedaan dari setiap pasangan adalah tingkat toleransi dan respon yang ditunjukkan. Bisa saja seseorang tidak menyukai cara tertentu, namun toleransi yang sangat besar dapat memaklumi kondisi tersebut. Bisa jadi.

Sudah sewajarnya saat berpasangan untuk berselisih paham pada suatu hal, namun harus diingat kembali bahwa masalah tersebut harusnya dapat dilalui berdua. Banyak ruang kompromi ketika hidup bersama, ego yang terlalu besar hanya akan menyakiti pasangan tanpa menguntungkan diri sendiri.

Bertengkarlah seperlunya, namun jangan lupakan perasaanmu pada pasanganmu lebih besar dari masalah tersebut.

Berbohong untuk kebaikan

Tentu saja sudah kita dengar banyak sekali r terjadi masalah keluarga yang menjadi fatal akibat alasan satu ini. Berbohong untuk kebaikan.

Apakah berbohong untuk kebaikan dilarang?

Saya termasuk orang yang melarang berbohong, namun saya percaya bahwa beberapa kebenaran tidak harus selalu diekspose, dengan berbagai persyaratan ketat tentunya.

Syarat pertama adalah dampak menutupi kebenaran tersebut memiliki nilai kebaikan besar dibanding jika terbongkar,  misalnya dengan menutupi kebenaran mengenai aib orang lain yang pada dasarnya kita ketahui kebenaran faktanya, akan sangat bermanfaat bukan?

Syarat kedua adalah dampak menutupi kebenaran tersebut seharusnya tidak mengganggu atau mengacaukan masa depan, atau kehidupan orang lain. Tentu saja akan sangat memalukan jika kita menutupi sesuatu yang jelas akan diketahui dimasa depan, atau memiliki dampak yang merugikan orang lain.

Namun dalam hubungan, usahakanlah sejujurnya kepada pasanganmu. Jika memang hal tersebut tidak dapat diterima dan mengakibatkan kehilangan perasaan, setidaknya kamu sudah jujur. Ingatlah kembali bahwa kebersamaan tersebut merupakan suatu komitmen bersama dari kedua belah pihak, jadi pada dasarnya kamu memang tidak "memiliki" pasanganmu. Kalian berdua saling memilih, dan menerima.

Menghindari perbedaan pendapat dan kebiasaan berbohong dengan pasangan merupakan cikal bakal keretakan rumah tangga yang sangat sering terjadi. Meski pada beberapa kondisi, melakukan hal tersebut dirasakan dapat mendamaikan dan menentramkan kondisi hubungan, tapi pada jangka waktu yang lebih lama, hal tersebut berdampak buruk pada keharmonisan hubungan.


Apakah kamu pernah melihat seseorang membagikan suatu postingan tentang kondisi emosional hubungan mereka di jaringan media sosial mereka?
Jika iya, dan asumsikan kamu hanya sedikit mengenal perorangan tersebut, apakah yang kesan yang kamu dapatkan? Ya benar, kamu tidak akan perduli dan ambil pusing, apalagi kamu tidak memiliki kewajiban maupun keterikatan langsung dengan hubungan dan personal orang itu, maka postingan tersebut akan segera terlupakan.
Jika kamu merupakan orang yang gemar melakukan hal tersebut coba fikirkan sekali lagi alasan melakukannya, apakah untuk mengabarkan kepada seseorang? Atau kah menginspirasi ?

Beralasan mengabarkan kepada seseorang

Tidak seperti zaman dahulu dimana mengirimkan kabar harus dilakukan manual dan perorangan, pada zaman informatika saat ini memang sangat mudah untuk memberikan kabar kepada banyak orang secara paralel. Hal yang perlu diambil sisi positifnya adalah kemudahan, namun apakah manfaat tersebut setara resikonya?
Kondisi emosional yang kamu sampaikan mungkin akan mengganggu orang lain. Jika postingan tersebut merupakan kebahagiaan kamu bersama pasangan, mungkin hal tersebut bisa menjadi cara orang lain yang tidak menyukai hubungan kalian untuk mengganggu. Jika postingan tersebut merupakan kesedihan, maka bayangkanlah betapa menderitanya orang terdekatmu yang berkurang kebahagiaannya dan turut merasa bersedih ketika membaca berita tersebut.
Jika momentum kebahagiaan tersebut sangat berharga atau mengguncang bagimu, setidaknya berilah filter untuk setiap rang yang dapat mengakses kabar tersebut. Karena mereka, sebagian besar tidak perduli, dan sebagian yang lain menjadikannya sebagai bahan mempergunjingkanmu.

Ingin menginspirasi orang lain

Alasan lainnya adalah ingin menginspirasi orang lain, atau kamu ingin bilang agar orang lain ikut merasa senang/sedih dengan kondisimu? Mungkin kamu hanya ingin pamer, karena tersebut memiliki potensi buruk yang lebih tinggi.
Jika hubungan kamu bahagia, maka bagikanlah prosesnya dan bukan hanya hasilnya, sebaliknya pula jika kondisimu sedang bersedih.  Jangan biarkan emosi orang lain merasa jatuh oleh tingginya kesuksesanmu, atau mempermalukan diri sendiri dengan memperlihatkan kondisimu yang paling rendah.
Dukungan terhadap sikap narsisme oleh perangkat teknologi yang semakin canggih, diikuti dengan rendahnya tingkat kewaspadaan digital, membuat banyak orang merasa perlu membagikan seluruh momen yang dianggapnya bernilai kepada seluruh orang, tanpa pengecualian.
Saat bahagia, mungkin sebaiknya kita membagikannya hanya pada orang terdekat saja. Karena yang begitu peduli terhadap kebahagiaan kita adalah orang terdekat.
Saat bersedih, usahakan sesedikit mungkin orang yang mengetahuinya. Ceritakan masalahmu hanya pada orang terdekat dan yang paling bisa memberikan solusi. Menceritakan kepada banyak orang untuk mendukungmu tidak terlalu membantu, karena pada dasarnya diri kita lah yang perlu dibantu untuk bangkit.
Saya tidak berharap kita mendapatkan kesulitan akibat perilaku sembarangan kita dimedia sosial, oleh karena itu (mungkin) cara terbaik adalah memberikan privatisasi pada kondisi kita.


Ketika proses pendekatan dalam hubungan, logika kita akan mentoleransi sangat jauh terhadap berbagai kondisi fakta yang berhubungan dengan calon pasangan.

Pepatah yang mengatakan “cinta itu buta” pun rasanya pantas disematkan, karena beberapa toleransi yang dilakukan bahkan terlalu “tidak wajar”. Namun hal tersebut umum dan normal dialami oleh seseorang, dan akan sangat sulit untuk memberikan pandangan nyata kepada mereka saat dalam kondisi tersebut.

Tapi pada saat menjalani kebersamaan dalam waktu lama, efek tersebut akan pudar dan kemampuan nalar seseorang akan kembali. Saat itu lah banyak terjadi pertentangan dan konflik antara kedua pihak, yang lambat laun menentukan keberlangsungan hubungan kedepannya.

Ada beberapa kebiasaan yang seharusnya sudah dihilangkan ketika memutuskan untuk bersama dalam waktu lama. Meski mungkin merubah sebagian kebiasaan, namun hal tersebut diperlukan untuk kesehatan mental dan psikologis dalam berpasangan.

Menakuti dan mengancam  

Kebiasaan yang sering muncul saat pendekatan ini memang terdengan manis pada awalnya, misal ketika mengancam untuk segera pulang kerumah dan menelepon, mungkin akan menggemaskan jika hanya sementara waktu. Tapi apa yang terjadi ketika dilanjutkan terus menerus ketika sudah berpasangan?

Tidak ada individu yang menyukai dikekang dan diancam, setidaknya dalam keadaan normal.

Pada perlakuan jangka panjang, kemungkinan besar akan memicu potensi kebohongan, perasaan depresi pada pasangan, dan ketakutan berlebih pada pasangan. Hal tersebut tentunya akan menyebabkan terbentuknya hubungan jangka panjang yang tidak sehat. Mungkin akan lebih baik jika kita dapat menahan diri untuk melakukan hal tersebut kepada pasangan, demi keharmonisan hubungan jangka panjang.

Lagipula, untuk apa mengancam jika kita memiliki hubungan yang saling menguntungkan?

Mempertahankan gengsi

Mungkin ini hal yang paling wajar terjadi ketika proses pendekatan. Satu sama lain memperlihatkan sisi terbaik untuk memikat perhatian, yang selanjutnya tentu saja meningkatkan gengsi diri.

Harus disadari bahwa ketika sudah terjalin suatu hubungan pasangan yang berkomitmen dan legal, mempertahankan gengsi merupakan metode paling ampuh untuk menyakiti pasangan sekaligus diri kita.

Bersiaplah untuk membagikan semua kondisi memalukanmu kepada pasangan, dan hiduplah tanpa kekhawatiran antara kalian berdua. Jika kamu masih ingin merahasiakan sesuatu dari pasangan, maka hal tersebut mungkin akan sangat sulit untuk merahasiakan sesuatu dari seseorang yang hidup bersama kita.

Terlalu cemburu

Masih suka cemburu dengan pasangan? Jika kamu memiliki alasan yang kuat dan logis maka tidak masalah.

Namun terkadang rasa cemburu berlebihan, terutama pada hal yang sudah menjadi kewajiban pasangan dan sudah kamu ketahui dan sepakati sejak awal kenal, akan sangat memberatkan bagi pasangan dan kamu sendiri. Otak kita diciptakan untuk menyelesaikan masalah dengan skala prioritas utama adalah yang terlihat dan terasa, dan tentu saja pasangan sebagai seseorang yang paluing dekat dengan kita, akan menduduki prioritas utama.

Depresi bisa saja terjadi jika kamu terus mengkwahatirkan pasangan, disisi lain pasangan juga dapat terganggu dan berdampak pada kualitas pekerjaannya.

Lebih bijak jika kita mencoba memahami kondisi pasangan, kemudian melakukan negosiasi dan mencoba memberikan toleransi, apapaun hasilnya nanti, ketika kesepakatan sudah dibuat maka tidak ada alasan lagi untuk terus khawatir berlebihan.

Ketiga permasalah diatas merupakan kondisi tersering yang menyebabkan permasalahan dalam hubungan dan menjadikannya tidak sehat. Cobalah untuk menghindari kebiasaan tersebut dan buatlah komitmen untuk saling percaya dengan pasangan.

Semoga kita semua mendapatkan pasangan terbaik!

Sebelumnya harus kita sepakati bahwa hal yang paling cepat membunuh kesenangan dan mengundang perasaan bosan dan depresi adalah melakukan perbandingan. 

Walaupun sudah naluri manusia untuk menghitung progress yang dicapai dengan rata-rata capaian orang lain, tidak dapat dipungkiri keberadaan perbandingan tersebut akan mengurangi kesenangan, bahkan berpotensi kecewa. Coba perhatikan ilustrasi berikut.

Mr. A baru bekerja disebuah perusahaan ternama di kota besar dengan penghasilan Rp. 10 juta/bulan, dan kemudian karena usaha dan prestasinya, ia mendapatkan bonus tambahan dari perusahaan tempat dia bekerja. Berbeda kasus, Mr. B bekerja di perusahaan yang sama dengan Mr. A, dengan masa kerja lebih tinggi penghasilan perbulannya adalah 12 juta. Ia suka bergaul dengan atasannya, sehingga secara tidak langsung memiliki kecenderungan belanja lebih besar.

Banyak faktor yang dapat membuat kebahagiaan pencapaian yang kita dapatkan menjadi tidak terlalu kita nikmati. Pada kasus diatas, Mr. A akan berkurang kesenangannya apabila membandingkan penghasilan bulanannya dengan seniornya dan kemungkinan akan depresi. Sedangkan Mr.B akan mendapatkan masalah keuangan jika terus mengikuti kebiasan belanjanya yang sebenarnya bisa disesuaikan. Faktor yang berpotensi tersebut akan lebih mudah dikendalikan dengan mengikuti cara berikut :

Mengurangi Media Sosial

Meskipun pada zaman sekarang media sosial merupakan suatu keharusan, namun proporsi yang kita habiskan dapat diefektifkan secara maksimal dengan mengatur pola waktu sesuau keperluan kita.

Usahakan untuk mengurangi sebisa mungkin melihat feeds yang ada pada sosial media, karena postingan yang dilakukan oleh seseorang yang ada dikontak kita merupakan bagian paling menyenangkan dari perjalanannya, dan otak kita akan secara otomatis membandingkan dengan kondisi kita. Semakin banyak kamu melihat kondisi terbaik orang lain dan membandingkan, kemungkinan kita akan merasa depresi dan merasa posisi kita kurang berharga.

Prinsip Jalur Pendakian

Seperti yang kita tahu, setiap gunung memiliki banyak jalur pendakian yang berbeda yang masing-masing dapat mengantarkan kita menuju puncak yang sama. Jika puncak gunung yang dituju berbeda, maka tidak ada alasannya untuk menanyakan kondisi jalur dan puncak.

Ketika kamu melihat seseorang medapatkan kesuksesannya, maka ingatlah bahwa mungkin puncak yang kalian tuju berbeda. Atau jika puncak kalian sama, maka jalur pendakian kalian yang berbeda. Jalur pendakian yang berbeda akan membutuhkan waktu perjalanan yang berbeda bukan?  

Bersyukur

Hal yang paling mendasar dari semua hal adalah bersyukur. Lihatlah apa yang kita capai dan bersyukur sebanyak mungkin terhadap kondisi tersebut. Meskipun kita melihat banyak orang yang berada diatas kita, jangan lupa untuk melihat kebawah kita. Tidak cukupkan kondisi kita saat ini, jika dibandingkan orang yang dibawah kita?

Refreshing

Ada kalanya otak kita terlalu fokus pada perasaan kesal atas hasil pencapaian yang kita anggap sebagai kegagalan jika dibandingkan dengan orang lain. Hal tersebut wajar terjadi, karena otak kita memang diciptakan untuk memecahkan semua masalah yang mengganggu.

Untuk membantunya, cobalah keluar rumah, mungkin lakukan travelling singkat mengunjungi keluaga atau teman yang lama tidak berjumpa, atau berbaur dengan lingkungan baru. Hal tersebut akan mengurangi secara tekanan emosional serta memperluas perspektif kita, normalnya, masalah akan terasa lebih ringan.

Inspirasi proses

Daripada hanya melihat hasil kesuksesan orang lain dan membandingkannya, cobalah untuk sedikit melihat usaha apa yang dilakukannya untuk mencapai hal tersebut. Semakin kita mencari tahu, kemungkinan kita akan terkejut melihat besarnya pengorbanan yang diberikan sebagai harga kesuksesannya. Pada tahap ini, nilai kesuksesan yang diraihnya akan terlihat wajar.

Tahap selanjutnya adalah mengambil inspirasi dari usaha yang dilakukannya, dan mencoba menerapkan esensi dari usaha tersebut. Mungkin kita tidak akan mendapatkan hal yang sama, namun kita sudah mengetahui cara yang terbukti berhasil.

Harus disadari bahwa terkadang apa yang kita lihat adalah sesuatu yang memang ditujukan untuk diperlihatkan, tanpa melihat seberapa usaha yang telah dilaluinya. Melihat kesuksesan yang didapatkan orang lain dan membandingkan secara langsung bukanlah sesuatu yang imbang dan dapat diambil kesimpulan.

Dalam suatu hubungan berpasangan, sudah dapat dipastikan bahwa kegiatan seksual antar pasangan merupakan salah satu kewajiban dan kebutuhan bagi kedua belah pihak, setidaknya secara pada pasangan umum dan normal. Bagi kamu yang masih menghindari bersentuhan dengan materi seksual ketika sudah resmi berpasangan, percayalah bahwa hal tersebut kurang wajar.  

Sebelumnya melanjutkan, pastikan kamu yang membaca ini sudah memiliki pasangan yang legal, atau setidaknya sudah memiliki kematangan dalam berfikir. Jika kamu berfikir bahwa tulisan ini akan “nakal”, maka sebaiknya kamu berhenti berharap dan segera berpindah halaman.

Saya tidak akan mengajari anda untuk mahir dalam bermain-main dengan gairah seks anda, saya mempercayai bahwa setiap individu memiliki referensi dan cara pandang yang tidak sama terhadapat definisi seks – bahkan sesama saudara kembar. Untuk melihat lebih jauh tentang pandangan kita terhadap pentingnya seksual dalam hubungan, dapat mempertimbangkan hal berikut.

Kebutuhan Biologis

Ya, tentunya kita sudah mengetahui bahwa secara gengetik kita sudah dirancang untuk mempertahankan populasi dengan cara melahirkan keturunan. Dari begitu banyak mamalia dimuka bumi yang mempertahankan populasi dengan keturunan, manusia salah satu spesies yang diberi nilai tambah berupa “kesenangan” saat melakukan hubungan biologis.

Dari fakta tersebut perlu disadari bahwa selain mendapat suatu “kesenangan”, kegiatan seksual merupakan kebutuhan manusia dalam mempertahankan populasi.

Keturunan juga akan membantu manusia dalam meneruskan tugas progress perkembangan yang sudah dicapai generasi sebelumnya. Kalaupun kamu belum memiliki alasan untuk menikmati seks, alasan pemenuhan hak jasmani serta alasan kebaikan umat manusia dimasa depat perlu dipertimbangkan, bukan?  

Emosional

Banyak pepatah mengatakan bahwa karakter seseorang adalah perwujudan dari pemikiranya. Faktanya, pemikiran kita sangat dipengaruhi oleh keberadaan hormon dan enzim, yang secara otomatis diproduksi atau eliminasi berdasarkan suatu kondisi pemicu.

Selain makanan dan obat yang kita konsumsi, kegiatan fisik merupakan pemicu dari sekian banyak hormon tubuh, termasuk seks.

Ketika melakukan kegiatan seks, jenis hormon yang keluar merupakan hormon yang sebagian besar membantu proses metabolisme pada tubuh yang membuat tubuh menjadi lebih sehat., serta secara emosional akan menghilangkan tekanan/depresi yang dialami akibat stress.

Kepercayaan

Jika kamu masih memiliki keraguan tentang manfaat seks dalam hubungan dan mengira hal tersebut hanya berhubungan dengan kondisi-kondisi fisik, mungkin alasan kepercayaan adalah yang paling tepat.

Jika kalian tidak memiliki alasan khusus, mempercayai pasangan untuk melakukan kewajiban dan kebutuhannya merupakan bentuk ketulusan yang paling mendasar.

Kepercayaan bahwa apa yang diinginkan oleh pasangan adalah kebaikan, bukan keburukan, dapat memberikan ketentraman hati dan fikiran dalam hubungan, termasuk dalam gairah seksual. Dalam mencapai ketentraman tersebut setidaknya kalian harus jujur pada pasangan, juga berbesar hati untuk menerima beberapa kenyataan diluar harapan.

Terakhir, saya ingin mengingatkan lagi bahwa semua “nilai” dan “parameter” dalam hubungan seksual ditentukan dan disepakati oleh kedua belah pihak. Memang harus diakui terkadang terdapat perasaan ketidak adilan atau tidak seimbang disatu sisi, tapi pada saat terjadi toleransi dan negosiasi tersebutlah terjadi komitmen dan interaksi yang memperkuat hubungan.

 Membantu semua masalah pasangan, apakah baik
Ada kalanya kita bertanya, apakah eksistensi kita sebagai pasangan sudah cukup memberikan kontribusi kepada kenyamanan pasangan kita?


Pertanyaan itu sangat sering muncul ketika kita melihat pasangan kita mengalami suatu masalah, sebagai seseorang yang bertanggungjawab sudah sepantasnya kita menawarkan bantuan untuk mengurangi beban yang sedang dihadapi pasangan. Tapi apakah kita benar-benar perlu membantu?

Untuk sebagian besar masalah yang serius, jawabannya adalah iya. Namun pada beberapa jenis masalah, mungkin jawaban paling tepat adalah tidak perlu.

Dalam jenis masalah yang  dampaknya melibatkan masa depan bersama atau keluarga, maupun yang  berkaitan, kita sangat perlu membantu dengan segala kemampuan kita. Contoh kasus seperti ini misalnya permasalahan dalam menentukan jenis pekerjaan atau jabatan, atau permasalahan anak, dimana dampak dari keputusan ini akan lebih baik jika kita ikut terlibat.

Namun jika masalah yang terjadi merupakan masalah pribadi dan tidak berdampak pada kehidupan bersama, sebaiknya hindari untuk segera membantunya. Mengapa?

Pada dasarnya hidup akan selalu beriringan dengan masalah. Ketika kita selalu hadir sebagai penyelesaian dalam setiap hambatan yang dialaminya maka hal tersebut memang memudahkan hidupnya, tapi menyulitkan perkembanganya.

Insting manusia diciptakan untuk bertahan dari setiap masalah, dan dengan cepat akan mencoba mencari seluruh kemungkinan penyelesaian, termasuk bantuan orang lain.

Sebagai analogi, lihatlah perkembangan anak dalam proses belajar sekolah. Ketika kita (terus) membantunya dalam mengerjakan seluruh soal, apakah hal tersebut akan meningkatkan kemampuan nalar anak lebih baik? Tentu saja tidak.


Ingat, sudah pembawaan manusia untuk melakukannya semudah mungkin.


Sebagai pasangan yang baik, tentunya kita ingin membuat kemandirian dan kedewasaan pada pasangan kita. Mencoba percaya bahwa dia mampu menyelesaikannya sendiri adalah cara yang lebih logis untuk kemampuan bertahannya.

Ketika dia sanggup menyelesaikan masalah, akan ada bagian dirinya yang berkembang dan terjadi peningkatan kemandirian. Setiap perubahan dalam proses belajar mungkin tidak selalu nyaman, namun pada gilirannya akan mempermudah kehidupan.

Jangan takut bahwa kemandirian pasangan akan menyebabkan kita tidak diperlukan dan ditinggalkan, jika hubungan kalian memang sehat, maka seharusnya memberikan ruang berkembang dan kepercayaan tidak akan mengganggu apapun.

Sebagai toleransi, terus berikanlah motivasi dan jadilah teman diskusi yang nyaman bagi pasangan.

Tentunya kita juga memiliki kesibukan dan prioritas, sehingga tidak bisa menjamin untuk selamannya berada disisinya bukan?