Motivateasy

 

Jika waktu adalah uang, maka kita semua terlahir kaya. - Motivaeasy.


Kita diciptakan dengan kualitas waktu yang sebanding, dan jika asumsi tentang waktu kematian dianggap sebagai variabel yang tetap, maka sejatinya kita memiliki modal yang sama dalam menjalani kehidupan. Modal tersebut adalah waktu.


Waktu yang kita miliki seringkali didefinisikan sebagai umur atau masa hidup. Semakin lama umur kita bertambah dan kita semakin menua. Hal itu yang kita percayai sekarang.


Namun apa yang akan kamu bayangkan jika kita rubah perspektif kita dari sisi yang berbeda tentang waktu dan umur. Bagaimana jika umur kita, bukan lah waktu yang kita telah pergunakan, namun waktu yang tersisa. Apakah kita masih bisa berfikir dan merayakan ulang tahun sebagai panjang umur?


Data dari worldbank.org tentang life-expectancy atau harapan hidup negara indonesia per 2020 adalah 72 tahun, masih lebih kecil dibandingkan dengan negara china dan jepang sebesar 85 tahun, tapi lebih tinggi dari afrika tengah yang hanya sebesar 54 tahun. Jika dikalkulasi, maka :


72 tahun = 864 bulan = 26.280 hari = 630.720 jam = 37.843.200 menit = 2.270.592.000 detik.

Sekilas terlihat nilai yang fantastis dan terkesan kita masih punya banyak waktu tersisa untuk melakukan banyak hal, termasuk bersantai. Tapi apakah benar demikian? coba lihat berapa persentasi waktu kalian yang telah digunakan dalam hidup sampai saat ini.


Jika berumur 20 tahun, kamu sudah menghabiskan 27,7% 
Jika berumur 30 tahun, kamu sudah menghabiskan 41,6%
Jika berumur 40 tahun, kamu sudah menghabiskan 55,5%


Seberapa jauh kamu sudah berkembang dengan progress waktu sebanyak itu? apakah waktu bersantai-mu masih sebegitu penting sekarang? Jika iya, maka beberapa fakta berikut mungkin akan membantu kamu lebih tersadar.


72 tahun adalah angka harapan hidup, bukan angka waktu produktif. Masa produktif masyarakat Indonesia adalah 64 tahun, yang artinya ekspektasi untuk potensi bekerja dibatasi maksimal hanya pada usia 64 tahun. Sampai disini perhitungan sebelumnya berubah menjadi :


20 tahun, kamu sudah menghabiskan 31,25% masa produktif (-3,55%).
30 tahun, kamu sudah menghabiskan 46,88% masa produktif (-5,28%).
40 tahun, kamu sudah menghabiskan 62,50% masa produktif (-7,00%).


Sayangnya ketika sampai tahap ini, kekhawatiran masih belum selesai. Menjawab pertanyaan berikut akan lebih menyadarkan kamu tentang betapa krusialnya waktu yang kamu miliki saat ini.


1. Apakah aku benar-benar berencana untuk terus bekerja hingga waktu akhir produktif (64 tahun)? FYI, masa pensiun di Indonesia pada saat ini adalah 56-58 tahun, dan tentu saja masih "belum" dianggap wajar jika seseorang dengan usia diatas usia tersebut masih bekerja keras untuk hidupnya, kecuali kondisi yang sangat terpaksa. Kita semua tidak ingin terus bekerja hingga lansia bukan?


2. Apakah aku benar bisa memiliki kondisi fisik dan mental yang sanggup untuk tetap produktif sesuai dengan ekspektasi? Di tengah polusi lingkungan, bencana alam, pandemi, risiko kecelakan, makanan tidak sehat dan penyakit yang terus menerus mengancam, akan lebih rasional jika kita tidak memberikan risiko untuk berfikir terlalu naive untuk hidup sebanding atau lebih lama dari ekpektasi. Prepare for the worst.


-------------------------------------
Sampai disini, apakah kamu masih (merasa) memiliki kelebihan waktu untuk disia-siakan?


Apakah kamu sedang atau pernah merasa dirimu kurang disiplin dalam menjalani hidup? Setidaknya, setiap manusia yang melakukan re-assesment terhadap proses perjalanan hidup akan (pernah) merasakan kekurangan motivasi dan menurunnya kedisiplinan diri.

Seiring berjalannya hidup, saya mulai mengamati bahwa terdapat pola yang terus berulang terhadap peningkatan tingkat kedisiplinan ketika moment tertentu. Moment tersebut adalah tanggung jawab, dan beban hidup.

Ketika kamu, katakanlah sedang memiliki beban hidup yang menurutmu perspektif kita "berat", maka secara bawah sadar kamu akan meyakini bahwa kondisi kamu tidak dalam kondisi yang "aman". Kondisi tidak aman ini, akan memberikan kita dua pilihan dalam memberikan respon, yaitu Fight (lawan) atau Flight (pergi). Tambahan kewajiban yang mengharuskan kamu untuk tetap memilih untuk fight adalah ketika kamu memiliki tanggung jawab didalamnya.

Konsekuensi dari pilihan fight ini secara sadar dan tidak sadar akan memberikan beberapa dampak pada pola hidup kamu. Dari sisi psikologis, kita akan mulai mencari sistem yang paling memberikan kondisi paling menguntungkan bagi kita. Semisal, jika kamu religius, kamu akan mulai mendekatkan diri kepada tuhan untuk menurunkan serangan panik dan meningkatkan ketenangan. Selanjutnya adalah biasanya kita akan mulai melakukan penilaian terhadap prioritas kegiatannya, dalam rangka meminimalisir distraksi dalam menghadapi beban yang dihadapi.

Selain psikologis, sistem fisiologis tubuhmu juga akan mulai menyesuaikan. Fokus mata dan otak akan meningkat, rasa lelah tubuh lebih mudah ditahan, stamina tiba-tiba meningkat, dan konsentrasi tidak mudah teralihkan. Kita menjadi seseorang yang sangat displin. Sounds familiar?

Sayangnya, kemampuan itu menghilang ketika "beban" itu sudah terlepas. Kemalasan mulai kembali dengan "alasan" untuk memberikan istirahat setelah menghadapi "beban" sebelumnya, yang pada kenyataannya akan terus berlanjut dan menghilangkan tingkat disiplin yang telah terbentuk sebelumnya. Dengan kata lain, kita kembali menjadi pemalas. 

Kesimpulannya?

Menurut saya, jika "beban" dan "tanggung-jawab" merupakan bahan bakar untuk "kedisiplinan", namun menimbulkan ketidaknyamanan pada kondisi kita, maka kunci dari mendapatkan tingkat kedisiplinan dengan efektif adalah memberikan sejumlah "beban" dan "tanggung-jawab" yang proporsional, yang tetap bisa membuat kita dalam kondisi "fight-state" dari waktu- waktu, namun tidak membebani berlebihan.

Semoga kita bisa terus berdisiplin!!!💪


Dalam menjalani kehidupan, kita tidak selalu mengalami kebahagiaan. Kadang kala terdapat kondisi terpuruk yang membuat kita menjadi ingin sendiri, ataupun karena dikucilkan. Saat mengalami hal tersebut, bagaimana cara kita untuk tetap menjaga kewarasan kita dan tetap dalam kondisi mental yang sehat?

Pertama, harus kita sadari bahwa segala masalah yang timbul dalam hidup kita adalah bagian dari kehidupan kita sendiri. Kita tetap membutuhkan "masalah" untuk terus hidup, namun juga tetap sebisa mungkin kita jaga agar permasalahan hidup tidak memberikan dampak negatif terhadap jalannya kehidupan kita.

Tekanan hidup dapat membuat kita menjadi lebih gampang marah, lebih kaku, tidak bertindak seperti diri sendiri, bahkan dapat berdampak pada kesehatan. Bagaimana cara mengatasi kondisi ini?

Pelajari dan terima masalah

Cari tahu penyebab masalah yang kamu alami, baik penyebab langsung maupun prinsipnya. Gunakan logika dalam menelaah masalah dan jangan biarkan perasaanmu berkuasa. Ketika kamu telah menguraikan kejadian-kejadian dengan seksama maka setiap masalah pada prinsipnya memiliki suatu sistem sederhana antara kejadian seharusnya dan tidak seharusnya.
Terima setiap kekeliruan kita dan tidak perlu menyalahkan diri sendiri ataupun orang lain, namun fokus untuk mengambil pelajaran dan mencari pemecahan atas masalah yang sedang kamu hadapi.

Tetapkan batasan waktu

Seringkali kita mengetahui letak permasalahan dan cara penyelesaian, namun kita memilih untuk menghindari penyelesaian tersebut sehingga membuat permasalahan semakin berlarut-larut dan cenderung menjadi lebih parah.
Cobalah untuk membuat batas waktu dalam setiap permasalahan yang kamu tahu penyelesaiannya, jangan sampai kebiasaan menundamu membuat permasalahan menjadi lebih parah.

Saling berbagi

Meskipun setiap manusia berbeda keterbukaannya dalam menghadapi masalah, namun untuk berbagi permasalahan masih menjadi suatu metode yang paling sederhana untuk menciptakan efek psikologis meringankan masalah.
Kamu bisa bercerita pada teman dekatmu, atau jika kamu tidak memilikinya, kamu dapat menuliskan curahan hatimu kedalam tulisan. Dampak dari keduanya hampir sama, namun sebisanya hindari menulis dan membagikan masalah pribadi di media sosial.

Istirahat

Berikan waktu untuk dirimu istirahat dari semua kesibukan lain. Terkadang kamu bukan lemah dalam menghadapi masalah, namun hanya lelah. Istirahatlah sejenak dalam kehidupan yang masih belum terlihat akhirnya ini.

Kamu bisa mengambil cuti bekerja, ataupun sekedar tidur lebih cepat dimalam hari untuk mendapatkan efek istirahat lebih baik.

Relaksasi

Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada melakukan kegiatan yang disukai. Kamu seorang gamer? penulis? pelukis? atau seorang pendaki gunung? Apapun kegiatan yang kamu sukai, lakukan hal tersebut dan nikmati. Relaksasi diri merupakan salah satu kunci yang sangat ampuh dalam meningkatkan ketahanan mental, terutama dalam kesendirian.


Lakukan hal diatas untuk menjaga kesehatan mental saat dalam kesendirian. Tidak ada seorangpun yang dapat mengerti kita sebaik kita sendiri. Jangan cepat mempercayai kabar buruk tentang kita dari orang lain sebelum kita mengetahui fakta. Tetap sehat!


Introvert merupakan salah satu sifat yang memiliki kecenderungan untuk lebih fokus pada pikiran, perasaan, serta suasana hati dalam dirinya dibanding dengan kondisi diluar. 

Bagaimana introvert bisa terbentuk memang masih menjadi perdebatan yang belum dapat dijelaskan secara ilmiah, namun beberapa kondisi menyebutkan bahwa bisa saja keadaan tersebut terjadi karena kondisi tekanan dari luar (perundungan), atau karena pengaruh lingkungan dan keluarga.

Pergaulan introvert

Masa muda merupakan masa yang dipenuhi dengan luasnya kesempatan untuk memperluas pergaulan dan komunikasi, dan semakin dewasa lingkup pergaulan tersebut akan semakin mengecil dan spesifik. 

Para introvert memiliki sedikit sekali orang-orang disekitarnya dikarenakan karakteristik dari sifatnya tersebut, sehingga pergaulannya cenderung sempit. Hal ini tentu tidak menjadi masalah bagi mereka, karena lingkungan sosial yang terlalu luas bukan merupakan lingkungan yang membuat mereka nyaman. 

Tetapi dengan kecilnya lingkaran pertemanan yang dimiliki, apakah tidak terjadi masalah dengan masa depan mereka ketika semakin dewasa? Apalagi kita ketahui bahwa semakin seseorang dewasa, pertemanan akan semakin mengerucut?

Jawabannya adalah : TIDAK.

Keunggulan Introvert

Mereka yang bersifat introvert, entah akibat traumatis perlakuan masa lalu atau pun tidak, dalam menjalani kehidupannya ternyata memiliki setidaknya beberapa keunggulan, yaitu : Keingintahuan yang tinggi, pengamatan yang spesifik, dan kemampuan mendengarkan orang lain yang baik.

Ketiga sifat tersebut sangat bermanfaat dalam lingkungan profesionalisme yang spesifik, yang terjadi pada saat seseorang menjadi dewasa dan circle pertemanan menjadi semakin sempit.

Ketika dewasa, anda akan lebih memilih sahabat yang dapat mengerti anda dibanding hanya tertarik dengan anda, bukan?

Kesimpulannya?

Para introvert (dengan berbagai alasannya), memiliki kemampuan bersosialisasi yang menjanjikan ketika beranjak dewasa serta tidak dirugikan dengan penurunan lingkaran pertemanan. Sebaliknya, kemampuan mereka menjadi lebih bermanfaat dan diperlukan.


Seringkali kita menemukan seseorang dengan tingkah laku yang kurang biasa  terhadap kita, entah mereka terlalu perduli ataupun seolah mencari-cari urusan dengan kita. Beberapa temanmu mengatakan bahwa orang tersebut menyukaimu, namun tentu saja kamu tidak dapat memastikan dan belum yakin dengan berita tersebut bukan?


Entah kamu memang juga menyukainya atau bukan, hal berikut dapat dijadikan referensi untuk mengetahui apakah seseorang tersebut jatuh cinta kepadamu atau tidak.

Interaksi yang "berlebihan"

Jika seseorang menyukaimu, mereka umumnya akan berusaha untuk terus terkoneksi denganmu. Mereka sebisa mungkin akan mengupayakan berinteraksi denganmu dengan berbagai cara.


Jangan terkejut dengan pesan singkat, chat, tagging dan undangan diberbagai platform media darinya kepadamu yang terjadi tiba-tiba diluar kebiasaan. Mereka sedang berusaha untuk memiliki akses terhadapmu disemua keadaan dan kondisi, dan berusaha selalu siap untuk kamu temukan dengan mudah.


Bahayanya, pada tingkat yang ekstrim mungkin kamu harus mulai berhati-hati. Ketika mereka mulai intensif melakukan "kontak" tanpa persetujuanmu, baik secara fisik / langsung atau melalui jalur non-fisik (misalnya  media sosial), lebih baik kamu segera memikirkan cara terbaik untuk menghentikan hal tersebut. Seseorang dengan kondisi jatuh cinta bisa sangat mengerikan.

Support yang tidak disangka

Jenis lain dari orang yang menyukaimu adalah dengan mereka yang membantumu tanpa disangka, ketika kondisi sebenarnya kurang wajar untuk seseorang tersebut membantu dan kamu tidak menyangka untuk mendapatkan bantuan tersebut.


Ada beberapa jenis manusia yang dapat dengan baik menyembunyikan ketertarikannya, namun tidak banyak dari kita yang dapat menyembunyikan keperdulian kepada mereka yang kita sayangi. 


Mereka dengan jenis seperti ini akan terus memperhatikanmu dari kejauhan tanpa perlu adanya interaksi balik, namun akan segera bertindak dengan cepat ketika mengetahui kamu berada dalam kesulitan dan memerlukan bantuan. Biasanya mereka dengan tipe seperti ini memiliki ketulusan yang lebih tinggi dan menghargaimu.

Apa yang harus dilakukan?

Yang terpenting dari keadaan ini adalah respon yang kamu berikan. Bagaimanapun pasangan adalah pilihanmu dan keputusan hidupmu adalah hak yang kamu miliki, sehingga entah kamu ingin meneruskan permainan yang terjadi, atau segera mengakhiri dan mengabaikannya, lebih baik jika kamu lakukan dengan segera.


Respon apapun yang akan kamu berikan, hal yang terpenting adalah jangan pernah berfikir untuk mencoba bermain dengan perasaan seseorang. Rememberlove is scary sometimes.



Perkembangan zaman memang banyak memudahkan kita dalam bertahan hidup secara fisik. Kita secara umum hampir-hampir tidak menemui lagi bahaya kematian atau resiko kecacatan fisik pada setiap kegiatan kita sehari-hari, namun ternyata ada bahaya lain yang belum dapat kita dan cenderung semakin parah.


Sebagai makhluk hidup, kita mengetahui bahwa akhir dari keberadaan kita adalah kematian. Belum ditemukan keberadaan abadi dalam sejarah manusia yang panjang dan semua individu telah memahami bahwa dirinya dan manusia disekitarnya cepat atau lambat akan mengalami kematian. 


Jika demikian faktanya, apa makna dari belasungkawa yang kita ucapkan saat seseorang telah menginggal? Bukankah mereka telah mengetahui, dan sadar atau tidak sadar harus memahami kondisi tersebut? 


Belasungkawa bukan untuk mereka yang mati, tetapi untuk mereka yang hidup.

Penguat untuk keluarga

Tidak ada manusia yang pernah siap untuk kehilangan orang yang mereka kasihi. Perasaan kehilangan seseorang untuk selamanya, akan sedikit banyak terbantu oleh simpati yang datang dari belasungkawa. 

Bukankah sudah menjadi naluri kita sebagai manusia untuk saling membantu saat terjatuh?

Peringatan untuk lingkungan

Dalam setiap kematian, dibuat suatu penyebab atas kedatangannya. Entah hal tersebut wajar atau tidak wajar, penyebab akan menjadi salah satu pemusat perhatian mereka yang hidup dan menjadi lebih waspada.


Kematian akibat kecelakaan atau bencana akan lebih dirasa nyata bahayanya begitu mereka menyaksikan secara langsung jatuhnya korban. Dari hal ini, manusia diharapkan dapat mengembangkan kemampuan mereka untuk bertahan hidup dari penyebab yang sama.

Pengingat untuk diri sendiri

Bagian terpenting dari belasungkawa adalah pengingat untuk diri sendiri. Dengan mengucapkan belasungkawa, setidaknya ada sedikit bagian kesadaranmu yang akan tergugah dan merasa berkewajiban untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat sebagai salah satu yang diberikan kesempatan lebih banyak.

Kita seharusnya dapat lebih memahami bahwa waktu kita di dunia sangat terbatas, dan kita harus melakukan sesuatu untuk memanfaatkannya dan mengurangi penyesalan diakhir hayat.

Kematian tidak akan pernah kita duga datangnya, persiapkan lah dirimu dengan baik dan bersungguh-sungguh. Kematian tidak akan menunggu ketika masanya telah sampai, kedatangnya adalah sesuatu yang pasti dan kita semua telah mengetahuinya.